
Menjadi Pembicara yang Didengar
Arini Eka F., S.Kep.Ns
Suara manusia merupakan instrumen kuat sebagai alat penyebar cinta kasih atau bahkan memulai perang. Sedangkan komunikasi adalah cara kita untuk terhubung, mengerti tentang dunia dan orang sekitar. Tentunya, saat kita bersuara dan berkomunikasi kita ingin untuk didengar. Mulai dari seorang pemimpin atau politisi yang ingin agar pidatonya menyentuh banyak hati hingga seorang ibu yang ingin nasehatnya didengar, dimengerti dan dilakukan oleh anak-anaknya. Akan menjadi kendala tersendiri bila apa yang kita bicarakan tidak diindahkan oleh lawan bicara.
Julian Treasure dalam bukunya tentang suara menyebutkan tentang beberapa hal yang menjadikan kita seorang pembicara yang buruk. Ia menyebutnya dengan “Seven Deadly Sins of Speaking” atau tujuh kesalahan fatal dalam berbicara, yang sering kita lakukan sehingga kita menjadi pembicara yang buruk, dan orang enggan mendengarkan. Diantaranya,
- Membicarakan hal buruk tentang orang lain saat mereka tak ada. Semakin sering dilakukan maka semakin orang tidak percaya pada apa yang kita bicarakan. Karena semua tahu, orang yang berbicara buruk tentang orang lain dihadapan kita juga akan melakukan hal yang sama pada kita saat kita tak ada.
- Sangat sulit untuk mendengar jika kita merasa diinterogasi atau disudutkan. Kata-kata yang bersifat menghakimi membuat lawan bicara jengah dan menolak untuk mendengarkan perkataan kita.
- Kecenderungan seseorang untuk berkata tentang sesuatu dengan sudut pandang negatif membuat pendengar merasa berat dan menghindar.
- Banyak Mengeluh. Keluhan bisa tentang banyak hal, selama dalam batas wajar dan faktual maka lawan bicara akan mampu menoleransi. Namun jika terkesan berlebihan, maka situasi akan menjadi canggung bahkan memanas. Mengeluh sama dengan menyebarkan penderitaan. Hal ini membuat orang malas mendengarkan.
- Banyak alasan. Mungkin kita sering melakukannya terutama saat melakukan kesalahan. Namun jika berulang kali dilakukan orang akan jengah, lalu berhenti mempercayai kita. Lebih parah lagi jika kita menjelma menjadi orang yang selalu melempar kesalahan dan konsekuensi tindakan kita pada orang lain. Hal ini akan membuat kita nampak kerdil dan sepele di mata lawan bicara, sehingga mereka akan memilih untuk melewatkan apa yang kita katakan.
- Coba pikirkan siapa yang akan percaya pada kita, jika yang keluar dari mulut kita tidak dapat dipegang ujung pangkalnya. Belum lagi memori emosi yang sukar hilang saat lawan bicara kita tahu bahwa kita berbohong. Berbohong tidak hanya tentang berkata tidak sesuai fakta, namun juga tentang melebih-lebihkan atau mengkerdilkan.
- Dogmatisme adalah doktrin yang dipegang oleh seseorang untuk bisa lebih otoritatif. Sayangnya tidak disertai dengan fakta empiris, sehingga menimbulkan kebingungan penerima pesan.
Jika ada hal yang harus dihindari, maka ada hal yang harus dilakukan untuk menjadi pembicara yang didengar. Masih dalam buku yang sama Julian mengatakan ada 4 hal yang bisa dijadikan pedoman dan pijakan kuat untuk menjadi pembicara handal. Keempat hal tersebut antara lain
- Honesty (Kejujuran). Jadilah orang yang dapat dipercaya. Perlu dipastikan bahwa apa yang kita bicarakan adalah benar seusai fakta yang ada dan kita bawakan secara jelas dan lugas. Dengan harapan lawan bicara akan lebih mudah memahami. Hindari pemakaian kata berulang dan berbelit-belit.
- Authenticity (Keaslian). Jadilah diri kita sendiri. Saat bicara di atas panggung, atau di depan banyak orang kita perlu berpijak pada kebenaran kita sendiri dan menyampaikannya dengan cara kita. Meniru orang lain justru sering kali membuat kita nampak tidak berkelas. Selain itu kita juga perlu memahami siapa lawan bicara kita. Apa yang kita sampaikan hendaknya sesuai dengan tingkat pemahaman pendengar. Memakai istilah medis yang sulit pada keluarga pasien yang awam, justru akan membuat mereka kebingungan dan inti pesan kita tidak tersampaikan.
- Integrity (Integritas). Jadilah apa yang anda katakan. Mulai dengan melakukan apa yang telah anda katakan atau nasehatkan kepada orang lain. Jika anda seorang ibu dan ingin anak anda melakukan apa yang dinasehatkan kepadanya, maka mulailah dengan mencontohkan nasehat tersebut. Integritas yang ada di diri anda anda memukau mereka dan meningkatkan rasa percaya bahwa nasehat tersebut baik untuk dilakukan.
- Love (Cinta Kasih). Jadilah welas asih. Memulai percakapan dengan menghardik atau menghina akan menyakiti perasaan lawan bicara dan menciptakan jarak. Cinta disini berarti mulai percakapan dengan pujian, menanyakan kabar atau mengafirmasi perasaan lawan bicara. Mendoakan seseorang sesuatu yang baik akan menghangatkan suasana dan menghapuskan jarak. Pesan yang kita sampaikan menjadi lebih mudah tersampaikan karena ada keinginan dari lawan bicara untuk mendengarkan.
Bisa kita simpulkan, bahwa pembicara yang handal bukan diukur dari berapa banyak yang ia bicarakan. Namun berapa banyak pesan yang ia bawa tersampaikan pada pendengarnya. Pidato yang baik bukanlah yang dibawakan secara panjang lebar, namun yang mampu menyentuh hati dan membawa perubahan positif siapapun yang mendengar.
Editor : Anggi E.
Referensi
Treasure, Julian. 2017. How To Be Heard, Secret For Powerful Speaking and Listening. Mango Media. United States
MEMPERINGATI HARI PEDULI AUTISME SEDUNIA 2022
11 jam yang laluJAM LAYANAN RSJRW SELAMA BULAN RAMADHAN
1 hari yang laluUPDATE VAKSIN 30-31 MARET 2022 JENIS MODERNA DOSIS 1,2,3
3 hari yang laluUPDATE STOK VAKSIN SINOVAC DOSIS 1&2 MULAI 31 MARET 2022 (30 SASARAN/HARI)
3 hari yang laluUPDATE KETERSEDIAAN VAKSIN ASTRAZENECA DOSIS 2&3 DAN MODERNA DOSIS 1,2,3
6 hari yang laluKLINIK PENYAKIT DALAM PROHEALTH RESMI MEMBERIKAN PELAYANAN PADA 25 MARET 2022
6 hari yang laluVAKSINASI ASTRAZENECA BAGI LANSIA DAN MASYARAKAT UMUM MULAI 24 MARET 2022
6 hari yang laluHai Healthies tahukah kamu jika tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia?
6 hari yang laluKLINIK PENYAKIT DALAM PROHEALTH MULAI MEMBERIKAN PELAYANAN PADA 23 MARET 2022
6 hari yang laluINFORMASI VAKSINASI BAGI LANSIA & MASYARAKAT UMUM DI RSJRW SAAT INI STOK KOSONG
6 hari yang lalu